Bismillahirrohmannirrohim

Pendahuluan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kita kesempatan untuk mempelajari ilmu-Nya. Hari ini, kita akan mendalami salah satu aspek penting dalam Islam, yaitu tazkiyatun nafs—penyucian jiwa yang menjadi landasan untuk hidup dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Dalam pembahasan ini, kita akan mengupas bagaimana tazkiyatun nafs dirumuskan dalam Al-Qur’an dan hadits, serta pentingnya penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


Makna Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun nafs berasal dari dua kata: tazkiya yang berarti penyucian dan nafs yang merujuk pada jiwa manusia yang telah menyatu dengan fisik. Konsep ini diambil dari firman Allah:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) keburukan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 7–10)

Ayat ini menegaskan bahwa jiwa manusia memiliki dua potensi—takwa (kebaikan) dan fujur (keburukan). Tazkiyatun nafs bertujuan untuk menekan sifat buruk (fujur) agar sifat baik (takwa) mendominasi kehidupan kita.


Proses Penciptaan Manusia: Awal Kehidupan Jiwa

Manusia diciptakan melalui dua tahap: pembentukan fisik dan pemberian ruh. Proses ini dijelaskan dalam QS. Al-Hijr ayat 28–29:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ. فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.'”

  1. Penyempurnaan Fisik
    Fisik manusia diciptakan terlebih dahulu. Proses ini dirinci dalam QS. Al-Hajj: 5 dan QS. Al-Mukminun: 12–14. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan:”Setiap kalian dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari sebagai nutfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama 40 hari berikutnya, lalu menjadi mudhghah selama 40 hari, kemudian malaikat diutus untuk meniupkan ruh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. Peniupan Ruh
    Ruh yang berasal dari Allah memiliki sifat-sifat suci, seperti ketakwaan. Namun, ketika bersatu dengan fisik, jiwa manusia (nafas) juga membawa sifat fujur yang merupakan kecenderungan kepada keburukan.

Konflik Takwa dan Fujur dalam Jiwa

Setelah menyatu dengan fisik, ruh berubah menjadi nafas yang memiliki dua sisi—takwa dan fujur. Allah berfirman:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) keburukan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams: 8)

Konflik ini memengaruhi perilaku manusia. Bila takwa dominan, manusia akan tenang dan tentram. Sebaliknya, bila fujur mendominasi, hidup manusia akan dipenuhi kegelisahan dan penderitaan. Rasulullah bersabda:

“Dalam tubuh manusia ada segumpal daging; jika ia baik, baiklah seluruh tubuh, tetapi jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Langkah-Langkah Tazkiyatun Nafs

1. Menjaga Pandangan
Pandangan adalah pintu masuk pertama ke hati. Allah memerintahkan:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya.” (QS. An-Nur: 30)

Pandangan yang tidak dijaga dapat membawa penyakit ke dalam hati, seperti iri, dengki, dan hawa nafsu.

2. Mengontrol Amarah
Amarah adalah sifat buruk yang dapat mendominasi perilaku. Rasulullah bersabda:

“Orang kuat bukanlah yang pandai bergulat, melainkan orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Meningkatkan Amal Saleh
Amal saleh seperti shalat, puasa, dan dzikir membantu mendominasi takwa dalam diri. Allah berfirman:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

4. Menekan Fujur melalui Pengendalian Nafsu
Menekan sifat buruk (fujur) dalam nafs membutuhkan usaha sungguh-sungguh. Allah berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS. Asy-Syams: 9)


Kesimpulan

Tazkiyatun nafs adalah usaha untuk menyucikan jiwa dan menekan sifat buruk agar kebaikan mendominasi. Proses ini membutuhkan komitmen, usaha, dan ketekunan. Dengan menjaga pandangan, mengontrol emosi, dan meningkatkan amal, kita dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan, baik di dunia maupun akhirat.

Semoga Allah memudahkan kita dalam menerapkan tazkiyatun nafs dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu a’lam bishawab.

*Artikel ini diringkas dari tausiah Ustadz Adi Hidayat dari video berikut:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *